Dalam era globalisasi yang semakin maju, teknologi, khususnya Internet, menjadi salah satu wujud perpaduan antara arus komunikasi dan kemajuan teknologi. Keberadaan internet telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aspek sosialisasi, pendidikan, bisnis, dan lainnya. Perkembangan teknologi informasi turut memengaruhi kehidupan manusia, dan di Indonesia, masyarakat mulai mengenal berbagai media seperti internet, televisi, dan radio.
Pesatnya perkembangan media sosial dapat diatribusikan kepada kemampuan setiap individu untuk memiliki media sendiri. Penggunaan media sosial oleh masyarakat Indonesia, terutama remaja, meningkat seiring dengan kelengkapan fasilitas akses internet yang dipersembahkan oleh produsen telepon seluler dan penyedia layanan komunikasi dan informasi. Media sosial yang populer di antara remaja antara lain Facebook, Twitter, Path, Youtube, Instagram, Kaskus, LINE, Whatsapp, dan Blackberry Messenger, masing-masing dengan keunggulan khusus untuk menarik pengguna.
Facebook, sebagai media sosial terbesar, mencatat pengguna aktif bulanan mencapai lebih dari 1,19 miliar akun pada September 2013, dengan 874 juta di antaranya mengakses Facebook melalui perangkat mobile. Fenomena serupa juga terjadi pada media sosial lain seperti Instagram, yang dalam setahun mengalami pertumbuhan pengguna sekitar 100 persen, mencapai lebih dari 200 juta pengguna aktif bulanan.
Media sosial memberikan ruang bagi remaja untuk mendapatkan teman baru, berbagi foto, dan melakukan aktivitas online lainnya. Namun, dampaknya tidak hanya positif, melainkan juga negatif. Informasi yang tersebar melalui media sosial dapat memengaruhi emosi, perasaan, pikiran, dan tindakan seseorang atau kelompok. Sayangnya, tidak semua informasi yang disampaikan adalah akurat atau benar, terutama dengan munculnya fenomena berita palsu (hoax) dan ujaran kebencian.
Literasi media menjadi kunci dalam menghadapi dampak positif dan negatif media sosial. Ketersediaan informasi yang cepat dapat memberikan pengaruh yang signifikan, baik untuk perubahan sosial yang positif maupun sebaliknya. Oleh karena itu, gerakan literasi media, terutama literasi media internet sehat, menjadi penting sebagai upaya untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam mengonsumsi dan menginterpretasikan informasi media sosial dengan bijak. Pendidikan etika berinternet juga diperlukan sebagai bagian dari pendidikan internet untuk membentuk pemahaman kritis dan partisipasi aktif, sehingga konsumen media internet dapat membuat penilaian dan tafsiran yang lebih baik terhadap informasi yang mereka peroleh.
Meskipun internet memberikan dampak positif, seperti memudahkan akses informasi, kita juga harus berhati-hati dalam menyaring informasi di media sosial. Kasus informasi palsu dan ujaran kebencian menunjukkan perlunya gerakan internet sehat untuk memberikan edukasi kepada pengguna internet agar mereka dapat menganalisis pesan, mempertimbangkan tujuan di balik citra atau pesan, dan meneliti tanggung jawab atas pesan yang diimplikasikan. Dengan literasi media yang baik, masyarakat dapat memahami dan mengenali ciri-ciri berita hoax, mengakses, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, serta mengambil makna dari suatu berita dengan bijak. Ini menjadi langkah penting untuk mencegah terjadinya perpecahan antar umat beragama, bangsa, dan negara.
Komentar
Posting Komentar