Gejayan Memanggil

Gejayan menjadi saksi dari perjuangan aktivis mahasiswa di Yogyakarta yang berasal dari berbagai kampus. Sejarah perjuangan Gejayan tercatat sebagai peristiwa berdarah yang dimulai dengan aksi damai pada 8 Mei 1998 oleh mahasiswa dari beberapa kampus, seperti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTN) Yogyakarta dan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Lebih dari 5000 mahasiswa UGM juga bergabung dalam protes di bundaran Kampus UGM, menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi ekonomi yang dilanda krisis moneter, menentang kenaikan harga bahan pokok, dan menuntut reformasi.

Aksi protes juga terjadi di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Kampus IKIP Yogyakarta. Para pengunjuk rasa menyuarakan ketidakpuasan terhadap sikap represif aparat pada 5 Mei 1998. Saat mereka berusaha menuju UGM untuk bergabung dengan kelompok demonstran lainnya, mereka dihalangi oleh aparat keamanan dengan alasan keamanan, menyebabkan bentrokan tak terelakkan pada sekitar pukul 17.00. Konfrontasi antara mahasiswa dan aparat keamanan berlangsung dengan pembubaran paksa yang melibatkan serbuan dan gas air mata terhadap demonstran.

Ketika kelompok masyarakat sipil turut bergabung dalam demonstrasi, mahasiswa mendapatkan kekuatan tambahan untuk melawan sikap represif aparat. Demonstran membalas serangan dengan melempar batu, dan aparat merespons dengan tindakan represif termasuk pemukulan terhadap siapa pun yang berada di lokasi, termasuk pedagang kaki lima. Pengejaran aparat terhadap mahasiswa terjadi hingga kompleks Kampus Santa Dharma dan UNY, menciptakan ketegangan yang berlangsung hingga malam hari dan mencapai puncaknya sekitar pukul 22.00.

Letupan tembakan secara bertubi-tubi menciptakan atmosfer yang mencekam di sekitar Gejayan. Aparat terus melakukan pembubaran paksa dengan menggunakan water cannon hingga dini hari. Upaya demonstran untuk membakar water cannon tersebut gagal setelah api hanya menyala sebentar dan berhasil dipadamkan.

Ingatan akan kerusuhan aksi massa Gejayan 1998 semakin mendalam ketika seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan IPA Universitas Sanata Dharma bernama Moses Gatotkaca tewas pada 8 Mei 1998. Ia ditemukan sekarat oleh relawan Posko PMI Universitas Santa Dharma setelah aparat melakukan penyusuran di wilayah bentrokan sekitar Hotel Radisson. Moses Gatotkaca menjadi salah satu korban yang gugur dalam perjuangan, seiring dengan nama-nama lain seperti Yun Hap dalam Tragedi Semanggi II dan empat rekan lainnya dalam tragedi Universitas Trisakti, yakni Elang Mulya Lesmana, Hendrawan Sie, Heri Hertanto, dan Hafidin Royan, yang tertembak dengan peluru tajam di dalam kampus.

Komentar